Nilai-nilai Nasionalisme dari Teks / Sajak Tradisional

Lir ilir2x tandure wis sumilir, Tak ijio royo-royo tak sengguh penganten anyar, Bocah angon2x penekno blimbing kui, Lunyu-lunyu penekno kanggo basuh dodotiro, Dodotiro2x kumitir bedah ing pinggir, Dondomono, jlumatono kanggo sebo mengko sore, Mumpung padhang renbulane Mumpung jembar kalangane Yok surak’o sorak iyo,….
Lir-ilir lir-ilir lagu yang dicipta oleh Sunan Kalijaga pada abad 15 yang lalu namun isi dari sajak lagu ini penuh makna, penuh petuah-petuah yang disampaikan dengan lirik sederhana, sesederhana penciptanya, kesederhanaanya beliau tunjukan dengan keluar dari kehidupan didalam kadipaten untuk bergaul dengan golongan rakyat jelata. Namu lirik/sajak yang beliau ciptakan mudah diucapkan/ditirukan hampir setiap insan yang mempunyai lidah, setelah mendengarnya,..

Lir-ilir tandure wis sumilir “tanaman telah selesai ditanam” dapat bermakana “harapan itu ada” modal sudah ditangan, kemerdekaan sudah didapat, agama sebagai petunjuk telah hadir, pondok-pondok pesantren, sekolah-sekolah telah disiapkan lengkap dengan ahli-ahlinya, ladang-ladang luas telah terhampar, semua itu adalah karunia yang luar biasa dan sudah hadir disekitar kita.

“Tak ijio royo-royo tak sengguh penganten anyar,.. begitu dekat untuk meraih harapan itu, begitu indah harapan-harapan itu, menjanjikan kehidupan yang layak, kemedekaan yang diraih dengan penuh perjuangan, menumpahkan banyak darah, menghembuskan ratusan ribu bahkan jutaan nyawa melanyang kini sudah teraih, harapan akan masa depan yang lebih baik sudah didepan mata, harapan hidup damai penuh canda-tawa sangatlah nyata terlintas seperti tanaman yang ijo royo-royo ( hamparan luas tanaman yang terlihat hijau ) pencapaian kemendekaan itu adalah sebuah pencapaian yang mengharukan, menyenangkan laksana penganten anyar (penganten baru) diliputi penuh kebahagiaan.. Bocah angon, penekno blimbing kui, lunyu-lunyu penekno kanggo basuh dodot siro.

Bocah angon (anak pengembala) adalah sosok yang mempunyai tanggungjawab besar, dia mempunyai tanggungjawab hewan gembalaannya, dia bertanggungjawab agar hewan gembalanya tidak tersesat, dia bertanggungjawab akan kesejahteraan gembalaanya dia bertanggungjawab keselamatan hewan gembalaannya, Bocah angon adalah sosok pemimpin yang dengan sendirinya akan melekat sebuah tanggungjawab besar pada dirinya serta harus dilaksanakan. Pemimpin dengan tanggungjawab dipundaknya diharuskan mempunyai wawasan yang luas sehingga dapat membawa/mengarahkan pada jalan yang lebih baik, sejahtera, aman dari segala macam gangguan. 

“Penekno blimbing kui” blimbing adalah bagian dari pencapaian atas harapan itu, blimbing adalah kesejahteraan rakyat, blimbing adalah petunjuk-petunjuk untuk kemandirian rakyat, blimbing juga dapat berarti hak rakyat untuk mendapatkan informasi, hak rakyat untuk mendapatkan pendidikan yang layak, blimbing juga berarti keamanan, kenyamanan dan kesehatan untuk rakyat, Blimbing adalah simbol kesejahteraan rohani (keimanan, keilmuan) dan kesejahteraan jasmani (kehidupan yang layak). Tugas sang pengembala untuk mencarikan blimbing untuk hewan gembalaanya sehingga dalam lirik tertulis kata perintah “Penekno” (ambilkan/usahakan untuk dapat).

”Lunyu-lunyu penekno kanggo basuh dodotiro” Lunyu-lunyu penekno (meskipun licin ambilkan/usahakan untuk dapat), Sudah tugas dari Bocah angon untuk mendapatkan blimbing itu, sudah tugas pemimpin pula petunjuk-petunjuk untuk kemandirian rakyat, pemenuhan hak rakyat untuk mendapatkan informasi, pendidikan yang layak, keamanan, kenyamanan dan kesehatan. Dan bukan perkara mudah untuk melaksanakannya namun harus didapat, meskipun “lunyu” (penuh tantangan, penuh konflik kepentingan, penuh intrik dari kelompok-kelompok tertentu) harus tetap dilaksanakan dan bukan untuk dijanjikan akan kehadirannya. Karena untuk itulah pemimpin dihadirkan, karena untuk itulah kehadiran Bocah angon ditugaskan.

“Kanggo mbasuh dodotiro” (untuk membasuh pakaianmu) dodot adalah busana, busana yang telah lusuh dan kotor, dodot adalah pakaian, pakaian adalah jatidiri, pakaian adalah harga diri bangsa, pemimpin harus bisa memenuhi/mengambilkan Blimbing sebagai simbol kesejahteraan rohani (keimanan, keilmuan) dan kesejahteraan jasmani (kehidupan yang layak), demi mengangkat harkat dan martabat Bangsa.

“Dodotiro kumitir bedah ing pinggir, Dondomono, jlumatono kanggo sebo mengko sore”. Bait ini mencoba memompa semangat nasionalisme ditengah terpaan konflik internal bangsa maupun konflik dengan antar negara yang mungkin menjatuhkan harkat martabat bangsa, tidak dapat dipungkiri banyak tragedi yang terjadi pada bangsa ini yang dengan sendirinya menjatuhkan citra bangsa dari pandangan negara-negara lain, sebagai contoh Tragedi MALARI, Tanjung Priok, DOM di wilayah aceh, kerusuhan 1998 dan masih banyak yang lainnya, belum lagi konflik antar negara seperti Hilangnya pulau sipadan dan ligitan, lepasnya timor leste dari pangkuan NKRI, dan baru-baru ini penangkapan petugas yang sedang bertugas mengamankan kedaulatan negara diwilayahnya sendiri namun ditangkap oleh negara lain, yang bikin ironi lagi adalah petugas tersebut dibebaskan (untuk tidak mengatakan ditukar) dengan imbalan pembebasan pencuri(maling) ikan. Bait ini berbunyi

“Dodotiro kumitir bedah ing pinggir” (Pakaianmu yang telah hanyut dan robek bagian tepinya) pakaian sebagai simbol harga diri bangsa yang telah terkikis dan hanyut oleh beberapa tragedi dan ulah oknum yang mengatasnamakan bangsa dan berdampak pada terkoyak/robeknya harga diri bangsa.

“Dondomono, jlumatono kanggo sebo mengko sore” (Jahitlah, perbaikilah untuk ganti nanti sore), robeknya harga diri bangsa, terkikisnya nilai-nilai nasionalisme warga negara bukanlah halangan untuk mejaga, mempertahankan keutuhan NKRI. Mengutip sajak modern yang dilantunkan iwan fals “robeknya kain bendera dihalaman rumah kita bukan suatu alasan untuk kita tinggalkan” dalam bait dari sajak lir-ilir disebutkan kata “Dondomono” (jahitlah/rajutlah), nilai-nilai nasionalisme bangsa yang mulai luntur harus dirajut ulang, terkoyak/robeknya harga diri bangsa harus dibangun ulang dengan semangat kemerdekaan yang dibawa oleh para pejuang kemerdekaan negeri ini, dalam hal ini peran kepemimpinan yang memiliki jiwa kenegarawanan adalah kebutuhan bangsa, pemimpin yang menpunyai kemauan keras untuk kesejahteraan rakyat, pemimpin yang mempunyai arah kebijakan “sense of hope” kepada penguatan nilai-nilai nasionalisme kepada warga negaranya, meskipun tugas dari pembangunan bangsa ini tidak melulu dibebankan kepada pemimpin. namun, hal ini adalah kewajiban dari seorang pemimpin. Warga negara sebagai bagian dari komponen bangsa dapat mengisi kemerdekaan ini dengan prestasi-prestasi dari segala hal untuk menunjukkan kepada dunia akan keberadaan bangsa, bersaing dalam kebaikan dan prestasi terhadap negara-negara lain, berkibarnya bendera pada kegiatan internasional yang diiringi kumandang lagu kebangsaan adalah bagian yang bisa memupuk nilai-nilai nasionalisme bangsa demi hari esok yang lebih baik, demi harkat dan martabat bangsa dimasa yang akan datang, dalam sajak tertulis “kanggo sebo mengko sore”

“Mumpung padang rembulane mumpung jembar kalangane” mari optimis untuk meraih harapan-harapan para pahlawan bangsa ini, sekecil apapun harapan itu harus tetap direbut, harus tetap diperjuangkan “mumpung padang rembulane” mumpung bangsa ini masih ada keberadaanya, mumpung belum terlalu parah lunturnya nilai-nilai nasionalisme, mumpung ada kesempatan untuk menata ulang, memperbaiki (mereformasi) dan mengurai keruwetan persoalan bangsa. Dan menjadikan cita-cita leluhur bangsa (para pahlawan) bahwa kemerdekaan sejatinya adalah demi keberlangsungan / keberpihakan atas hajat hidup rakyat untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa. Keberpihakan akan arah kebijakan yang mengarah pada kepentingan rakyat, mengangkat harkat dan martabat rakyat akan berdampak pada tercapainya kehidupan yang layak, sejahtera, aman, tenteram dan munculnya nilai nasionalisme yang tinggi oleh setiap warga negara, hal inilah sebagian dari cita-cita dari para pejuang bangsa semoga akan segera terlaksana dan apabila hal ini telah terlaksana, maka warga negara akan bangga atas negara, warga negara akan bangga dan bersorak “Yok surak’o sorak iyo”,…. catatan: pernah dimuat di media

Readmore »»

Merajut NU Menuju Satu Abad

NU sebagai organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia dan juga di dunia setidaknya itu masih sampai sekarang, hal ini diungkap oleh beberapa hasil survei tidak terkecuali LP3ES yang secara kredibelitas sudah tidak diragukan keabsahannya tentu dengan margin eror yang sangat kecil. Dengan predikat tersebut membuat NU seperti madu yang manis dan penuh nutrisi yang memikat bagi banyak kalangan
tak terkecuali partai politik, lihat Pemilihan Presiden dan Waki Presiden, pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di negeri ini hampir (untuk tidak mengatakan pasti )  selalu ada calon yang mengeklaim maupun diklaim dari wanga nahdliyin, secara tidak langsung hal ini membuktikan bahwa ada banyak golongan yang ingin sekali menenggak manisnya sang ‘madu’.  NU dengan manisnya banyak masyarak yang telah meminumnya, namun diakui ataupun tidak bahwa tidak semua yang telah meminumnya mendapat rasa manis ‘madu’. NU sendiri sering terlibat dalam dunia politik hal ini sudah terjadi sejak didirikannya negara kesatuan republik Indonesia - ingat perubahan piagam Jakarta - namun sekiranya penulis perlu tekankan bahwa NU bukan partai politik, iya Bukan partai politik, namun organisasi masyarakat yang berbasis pengkaderan.

Kaderisasi NU
NU sebagai organisasi kemasyarakatan juga memiliki jenjang kaderisasi yang tersturuktur, hal ini sangat diperlukan untuk memantapkan ke-NU-annya bagi setiap calon kader organisasi kedepannya, pentingnya memahami aturan organisasi serta membiasakan hidup berorganisasi harus sudah ditanamkan oleh calon-calon kader sedini mungkin, kaderisasi NU sendiri sudah dimulai dari pelajar melalui Ikatan Pelajar Nahdlotul Ulama’ (IPNU) serta Ikatan Pelajar Puteri Nahdlotul Ulama’ (IPPNU), bagi calon kader ditingkat mahasiswa ada Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ) meskipun dalam perkembangannya terjadi pasang surut hubungan NU dengan PMII, pengkaderan masih dilanjutkan lagi pada ANSOR yang semestinya disini calon kader NU sudah tidak perlu diragukan lagi ke-NU-annya, karena ini adalah kawah condrodimuko terakhir sebelum calon kader NU menjadi pengurus  NU.

Pudarnya Kaderisasi
            Dalam perjalanan NU sebagai organisasi kemasyarakatan yang sudah berusia tidak lagi muda, hanya kurang beberapa tahun lagi organisasi ini sudah genap berusia satu abad, telah mengalami berbagai terpaan serta hempasan permasalahan yang dihadapi, tidak jarang organisasi ini terperosok dalam urusan politik praktis meskipun jika dimenejemeni dengan baik akan berdampak baik ( rahmatan lilalamin ) namun, sering pula terjerumusnya organisasi ini dalam perpolitikan praktis yang hanya akan menjadi permasalahan yang pelik organisasi, seperti munculnya permasalahan saling menyalahkan, saling lempar tanggungjawab dan saling mencurigai antar kader, kondisi semacam ini dapat memicu kurang dinamisnya perjalanan suatu periode kepengurusan.
            Dalam konteks kurang dinamisnya perjalanan suatu periode kepengurusan tidak melulu urusan politik praktis, selain faktor politik praktis tentu ada banyak faktor yang mempengaruhinya diantaranya pertama rekrutmen kepengurusan, rekrutmen jajaran kepengurusan organisasi semestinya dijalankan berdasarkan pola kaderisasi organisasi. Namun, tidak jarang munculnya wajah-wajah baru dalam organisasi yang tidak jelas asal usulnya kemudian duduk dalam struktur kepengurusan, keadaan semacam ini jika terjadi dapat menimbulkan kurang harmonisnya sebuah organisasi, dimana kader yang sudah lama mengabdikan diri serta mempelajari pedoman dan peraturan organisasi bisa dengan mudah digeser oleh wajah baru yang belum jelas asal-usulnya, disisi lain wajah-wajah baru tersebut belum tentu memahami kultur, visi dan misi dasar organisasi, bisa jadi munculnya wajah baru itu malah membawa misi lain yang diluar misi organisasi yang berdiri sejak tanggal 31 januari 1926  pada umumnya, ini sangat berbahaya. Kedua suksesi pergantian pimpinan organisasi, NU sebagai organisasi kemasyarakatan dan organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai perjuangan dalam kontek menjaga syari’at agama dengan faham ahlusunnah waljama’ah, sadar ataupun tidak harus memahami prinsip dasar bahwa pemimpin itu adalah amanah dan tanggungjawab bukan sesuatu yang harus dikejar dengan menghalalkan segala upaya, apalagi sampai menggunakan cara-cara yang menurut ajaran syari’at itu jelas-jelas melanggar, suatu misal menggunakan uang untuk meminta dukungan kepada pemegang suara dalam proses pemilihan pimpinan organisasi, serta cara-cara lain yang melanggar kaidah-kaidah organisasi. hal ini sangat menciderai nilai-nilai luhur organisasi dan berpotensi melunturkan ruhul jihad likalimati robbi. Kesepakatan-kesepakatan calon pimpinan organisasi dengan pihak ketiga, apalagi yang dilandasi dengan kepentingan materialis sesaat tidak jarang akan membelenggu perjalanan roda kepengurusan dalam suatu periode organisasi. Ketiga lemahnya pemahaman kader NU terhadap peraturan organisasi, hal ini terjadi lagi-lagi persoalan tidak tuntasnya proses kaderisasi, tidak jarang dalam pergantian pimpinan NU munculnya tokoh yang tidak berdasarkan prinsip-prinsip kaderisasi, munculnya pemimpin yang berlatarbelakang pengasuh pesantren atau masih mengedepankan silsilah keluarga namun kurang memahami cara-cara dan aturan organisasi hal ini menjadi kurang baik bagi NU, bukan berarti tokoh semacam ini tidak boleh menjadi pimpinan NU, jika ada pengasuh pesantren ataupun punya silsilah keluarga pesantren ingin mencalonkan ataupun dicalonkan menjadi pimpinan NU harusnya juga mengikuti proses kaderisasi organisasi yang benar.

Merajut NU yang Rahmatan Lil Alamin
            Menyongsong NU menuju usia satu abad instropeksi dan merajut ulang arah organisasi terbesar di Indonesia adalah hal yang harus dan segera dilaksanakan, kebangkitan yang sering didengungkan sudah waktunya diperjuangkan. NU harus dipertegas langkahnya melihat godaan dan tantangan yang begitu rumit menghampirinya, mulai dari persoalan proses kaderisasi yang jarang sekali tuntas, terperosoknya NU dalam politik praktis dan kurangnya pemahaman sebagian anggota maupun pengurus terhadap pedoman organisasi mengakibatkan lunturnya rasa memiliki setiap kader terhadap NU, jika hal ini terjadi bukan hal yang mustahil jika NU dikemudian waktu akan bubar dan tinggal sejarah. catatan:pernah terbit di media Wallhu a’lam bisshowab. bjn 2014

Readmore »»

SABDA TAMA RAJA MATARAM

"Ingsun kang jumeneng nata Mataram medarake sabda Dene Karaton Ngayogyakarta saha Kadipaten Pakualaman iku loro-loroning atunggal " "Mataram iku negri kang merdika lan nduweni paugeran lan tata kaprajan dhewe Kaya kang dikersaake lan dikeparengake, Mataram ngesuhi nuswantara, nyengkuyung jejeging negara, nanging tetep ngagem paugeran lan tata keprajane dhewe" "Kang mangkana iku kaya kang dikersaake, Sultan Hamengku Buwono sarta Adipati Paku Alam kang jumeneng, katetepake jejering gubernur lan wakil gubernur”.

Terjemah "Saya yang bertakhta sebagai Raja Mataram menyampaikan amanat Bahwa Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman itu adalah dwitunggal Mataram adalah negeri yang merdeka dan memiliki peraturan serta tata pemerintahan sendiri Karena itu, seperti yang dikehendaki dan diperkenankan, Mataram termasuk bagian dalam Nusantara dan mendukung berdirinya negara Republik Indonesia. Akan tetapi, tetap memakai peraturan dan tata pemerintahan sendiri Itulah yang dikehendaki Sultan Hamengku Buwono dan Adipati Paku Alam yang bertakhta dan ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur".

Readmore »»

Pesangon Kiai


Sejumlah kiai NU dari jawa timur mendatangi Gus Dur di Istana Negara ketika masih Presiden, layaknya kiai, mereka pakai sarung, sandal jepit. Paspampres mencegat mereka. “Maaf, Pak. Sesuai aturan, untuk masuk Istana Negara harus memakai sepatu. “kata paspampres. Para kiai itu bingung. Ditengah kebingungan tiba-tiba Gus Dur datang. “Lho, kenapa kami dilarang masuk, itu presidennya saja memakai sandal.” Ujar seorang kiai sambil menunjuk kaki Gus Dur yang memakai sandal jepit.
Akhirnya mereka pun masuk. Menjelang tengah malam, paspampres datang mengingatkan


presiden untuk istirahat. Para kiai kembali bingung karena masih ingin ngobrol dengan Gus Dur.
“ah,.. ini repotnya jadi Presiden. Sudah, kita diam-diam saja masuk dikamar. Kita bercerita disana.” Kata Gus Dur lalu mengajak para kiai kekamar tidurnya. Paspamres dilarang masuk kamar presiden. Aman.
Setelah lama bercerita, para kiai itupun pamit. “sudah, kenapa masih tinggal. Pulang saja.” Kata Gus Dur saat mereka pamit, tetapi mereka tidak beranjak dari kamar itu. “Gus, biasanya kalu kiai dipanggil presiden dikasih pesangon (amplop berisi uang). Itu yang kami tunggu, kata seorang kiai.
“Ingaat, sesama kiai dilarang meminta pesangon”. Ungkap Gus Dur.

Readmore »»

Jack, Queen dan King


Suatu hari disekolah TK, bu guru bertanya pada murid-muridnya,..
Bu Guru : Siapa yang bisa berhitung ?
Si Neli mengangkat tangan,….
Bu Guru : Benar kamu bisa berhitung ?
Si Neli : Bisa, Bu Gur,.. dengan nada lantang
Bu Guru : Baik, Coba ibu tanya, setelah tiga berapa ?
Si Neli : Empat Bu Guru…


Bu Guru : Baguuus,..setelah enam ?
Si Neli : Tujuh, Bu,..!!!
Bu Guru : Bagus,… ternyata ayah kamu benar-benar pandai dalam mengajar berhitung dirumah,.. pertanyaan terakhir ini,… berapa kalo setelah sepuluh,..?
Si Neli menjawab dengan penuh semangat karena habis mendapat pujian dari Bu Guru dengan lantang pula ia berkata “ JACK, QUEEN dan KING” Bu,….!!!!!

Readmore »»

Joke-Joke Gus Dur (Seru,…..!!!!)


Presiden Gus Dur dengan Presiden Clinton.

Suatu ketika waktu Gus Dur menjabat sebagai Presiden RI, beliau diundang oleh Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton Ke White House. Ditengah-tengah pembicaraan, munculah seekor anjing peliharaan Bill Clinton. Bill yang dikenal sebagai penyayang binatang itu langsung memperrkenalkan anjingnya kepada Gus Dur.
Bill : “Gus Dur, lihatlah saya punya anjing yang sangat pintar, ia bisa menuruti apa yang saya perintahkan,…!!!!
Gus Dur : “masa iya ? saya ingin tahu,…”
Bill : “please anda perhatikan, “Sit Down” (Anjing itu langsung duduk)
Bill : “Stand Up”,,… (anjing langsung berdiri)
Bill : “Walk around…!” (anjing langsung berjalan keliling-keliling).
Bill : “lihat Mr. Gus Dur,.. hebat bukan.
Gus Dur : Gitu aja kok repot,..saya yang baru ketemu aja bisa lebih dari itu
(Bill Clinton keheranan mendengar jawaban tersebut..)
Bill : Boleh anda buktikan ucapan Anda ,..?
Gus Dur : “Silahkan saja,….”
Bill : “coba buat anjing ini menangis…”


*********Gus Dur berbisik kepada anjing itu “Ssssssst,… sstttt,….” Anjing itu langsung menangis sedih.
**********Bill pun heran*******
Bill : “sekarang buat anjing itu tertawa…”
*********Gus Dur berbisik kepada anjing itu “Ssssssst,… sstttt,….” Anjing itu langsung tertawa terbahak-bahak.
**********Bill pun heran lagi, dan berfikir bagaimana caranya agar Gus Dur tidak bisa memerintah anjing tersebut*******
Bill : “Nah,.. sekarang coba bikin dia supaya menjadi stress berat…..”
Gus Dur berfikir sejenak, lalu ia berbisik pada anjing tersebut, “Ssssssst…… ssttttttt,… sttttt,…” sang anjing pun langsung loncat kesana-kemari sambil menggonggong terus menerus, naik keatas meja, lemari sampai melompat menabrak kaca jendela hingga pecah dan pingsan keluar ruangan.
***** Bill kembali terheran-heran dan ia akhirnya mengaku kehebatan Gus Dur sambil bertepuk tangan, *****
Bill : Boleh saya tahu yang anda bisikan sampai anjing saya menangis begitu sedih ?
Gus Dur : “Saya Cuma bilang, Kasiha Indonesia, rakyatnya banyak yang miskin, jangankan untuk beli BBM, untuk makan sehari-hari saja mereka sangat kesulitan, kamu beruntung jadi anjing dipelihara Bill Clinton, bisa makan kapan saja kamu mau,..
Bill : Oh pantesan. Anda memang hebat. Lalu apa yang anda bisikan sehingga anjing saya tertawa terbahak-bahak,…?”
Gus Dur : “Saya bilang ke anjing itu, orang Indonesia banyak yan pintar-pintar, sehat-sehat, mereka semua lebih pantas menjadi presiden ketimbang saya. Tapi kok malah saya yang buta begini dijadikan presiden,..”
Bill : hahahahahahaaaa,.. jangankan anjing, saya juga bisa ketawa andai tadi dengar,. Nah,.. yang terakhir, apa yang anda bisikan kepada anjing saya kok bisa stress berat seperti itu, sampai-sampai pingsan,..?
Gus Dur : “lha itu yang paling gampang, Saya Cuma bilang, “””Wahai anjing, saya akan mengajak kamu tinggal di Indonesia,..” Gitu Aja Kok Repot.
Bill : “’’’…””” ////////////// ???????????????

Readmore »»

Joke-Joke Gus Dur (maneh)


Ringkasan tanya jawab dengan GUS DUR

Question : “Gus, Mengapa demam berdarah marak dijakarta ?
Gus Dur : “ya karena Sutiyoso melarang bemo, becak, dan sebentarlagi bajaj. Padahal nyamuk sini Cuma takut sama tiga roda.

Question : “Mengapa dalam kampanye mereka, Parpol-parpol selalu senang membodohi rakyat ?
Gus Dur : “masa gitu aja gak tau,…. Itu disebabkan parpol tahu kalau rakyat pintar gak akan memilih parpol-parpol itu, tau anda sebabnya kenapa? “karena,…… Orang pintar pilih Tolak Angin.” “gitu aja kok repot,…

Question : Gus,… Mengapa sampai kapanpun Partai Bulan Bintang tidak akan memenangkan pemilu ?
Gus Dur : Yaaah gampang analisanya itu,… itu,… disebabkan


Gus Dur : Yaaah gampang analisanya itu,… itu,… disebabkan masih ada Matahari…

Question : “Gus,.. mengapa sekarang kalau anda berdo’a selalu diakhiri dengan “,,, Injih.,,, Injih.
Gus Dur : Saya tidak mau bilang, Amin,.. Amin,.. Saya sebel dengan orang itu.

Question : “lha terus jabatan apa yang menurut anda pantas diduduki Amin Rais…?
Gus Dur : “Gampang, amin itu cocoknya sebagai kepala Bulog, Biar dia senang mengurusi Rice (rais)

Question : “Menurut anda partai mana yang sealiran dan pantas untuk berkoalisi ?
Gus Dur : “Partai Keadilan Sejahtea” , “Partai Damai Sejahtera” dan Partai Buruh Sejahtera,..

Question : “siapa sebenarnya yang menjadi musuh terbesar PDIP menurut Gus Dur?
Gus Dur : “ Taufik Kiemas, karena sudah sering dia menggoyang Mbak Mega.

Question : “Gus,.. gimana kalo anda dicalonkan dengan pendamping anda Akbar Tanjung…?’’’
Gus Dur : “Ogah Ah!!!! Takut Bocor…!
Question : ‘bocor kenapa Gus…?
Gus Dur : “Ntar mahsiswa naek-naek genteng MPR lagi,….”

Readmore »»